Inspirasi Pagi Ini: Sabtu Bersama Bapak

Oktober 31, 2014

Dua hari yang lalu gue baru membeli buku terbarunya Adhitya Mulya yang berjudul "Sabtu Bersama Bapak". Bukunya sangat inspiratif dan membuat gue merasa 'jleb' di beberapa bagian.

Salah satu bagian yang gue suka adalah cerita dimana Bapak Gunawan menjelaskan tentang pentingnya nilai akademis kepada anak-anaknya, Satya dan Cakra.

Tadinya gue berpikir bahwa nilai akademis hanyalah angka-angka yang tercetak pada selembar kertas. Tapi walaupun berpikir seperti itu, nilai akademis gue tidak pernah di bawah rata-rata. Hampir selalu berada di atas rata-rata. Alasannya? Pertama, mungkin karena gue kompetitif dan tidak senang menjadi 'sorotan' karena berada di posisi terbawah. Gengsi ini yang membuat gue bertahan di posisi yang bagus. Kedua, mungkin karena gue merasa bertanggung jawab kepada orang tua gue. Ketika mereka kerja keras, banting tulang untuk biaya sekolah gue, maka gue harap nilai yang baik bisa membuat rasa lelah mereka sedikit berkurang.

Bagi sebagian orang, seperti gue sebelumnya, nilai akademis memang hanya sebuah angka, namun nilai akademis itu ibarat penampilan luar seseorang. Sama halnya ketika elo melihat lawan jenis, hal pertama yang elo perhatikan adalah fisik bukan? Setelah tertarik dengan fisik baru deh elo mau mengenal ia lebih jauh. Seperti itulah peran nilai akademis.

Setelah membaca buku tersebut gue sedikit menengok ke masa-masa gue sekolah. Walaupun nilai gue selalu di atas rata-rata, gue sadar gue tidak pernah belajar sepenuhnya. Gue tidak pernah bersungguh-sungguh. Syukur alhamdulillah (serius ini nggak ada maksud nyombong) 'otak' papa gue menurun ke gue sehingga saat nggak serius pun nilai gue tetep lumayan bagus. Sama seperti waktu kuliah, kerjaan gue cabut kuliah tapi IP gue ga bisa dibilang jelek. 3,43. Cukup dekat dengan kata cumlaude kan?

Tapi buat apa sih pinter kalo elo malas? Elo nggak akan dapet apa-apa kecuali rasa menyesal. IP gue memang cukup baik, tapi gue tetep nyesel. Kenapa? Karena gue tau gue bisa mencapai lebih dari itu. Gue bisa mencapai langit yang lebih tinggi lagi jika gue serius.

Lantas apa semuanya sudah terlalu terlambat buat gue? Gue bukan tipe orang yang pesimis, karena itu gue dengan lantang bilang nggak. Tapi tentu jalan yang sudah gue tempuh akan lebih jauh jika gue memulai lebih dulu.

Karena itulah teman, tanpa bermaksud menggurui, jika elo saat ini sedang sekolah atau kuliah, jalanilah dengan sungguh-sungguh. Pilihlah 'kunci' terbaik untuk membuka gerbang pekerjaan elo nanti.

Jadilah diri elo yang terbaik. Jangan puas dengan kata cukup. Jangan menjadi pengkhayal, jadilah pemimpi. Seorang pengkhayal hanya bisa menyusun cerita tanpa bisa menyulapnya menjadi tulisan yang indah. Tapi seorang pemimpi akan terus berlari, menjelajahi tempat-tempat yang paling mustahil sekalipun untuk mewujudkan mimpinya.

Dan yang paling penting, ingatlah bahwa hidupmu bukan untuk dirimu sendiri. Ingat konsep take and give. Apa yang elo terima harus elo kembalikan. Jika elo sedang malas dan lupa dengan mimpi-mimpi, ingatlah orang tua lo. Lalu ingatlah anak-anak lo kelak. Cerita apa yang ingin lo ceritakan kepada anak cucumu nanti? Lo susun dari sekarang.

You Might Also Like

0 komentar