Belajar Bersyukur

Oktober 18, 2018

Selama ini, sepertinya gue sering mengulang kata "kenapa". Kenapa gue begini? Kenapa mereka begitu ke gue? Kenapa gue nggak bisa begitu? Kenapa semuanya jadi begini? Intinya, kata "kenapa" ini menjurus pada satu hal: mengeluh.

Gue adalah orang yang suka mengeluh dan cenderung mudah teriritasi, bahkan dengan hal kecil sekali pun. Tapi alhamdulillah semakin bertambah umur, gue semakin legowo dan berusaha menanggapi apa yang terjadi dengan lebih sabar dan bijak.

Kalau dulu sebel sedikit gue post di media social, sekarang masih bisa tahan untuk nggak meledak-ledak. Bahkan, kalau sedang mengalami hal nggak enak, gue sudah mulai bisa mengubahnya jadi bahan becandaan. Atau, kalau sedang waras, gue bisa melihat sisi positif dari hal nggak menyenangkan tersebut.

Gue rasa, hal ini terjadi karena beberapa tahun terakhir gue berada dalam lingkungan yang sangat positif. Suatu hari, gue pernah mengeluh di kantor karena cuma bawa bekal nugget. Keluhan tersebut kemudian ditanggapi seorang teman gue dengan berkata, "Alhamdulillah masih bisa makan."

Rasanya kayak ketampar, nggak?

Ucapan-ucapan penuh syukur itu sering banget gue denger di kantor lama gue. Misalnya saat kita lagi sebel banget sama kerjaan, pasti ada aja yang nyeletuk, "Kerjaan gue banyak banget. Tapi bersyukur, ya, masih bisa kerja. Nyari kerja susah, Cuy!"

Begitu pun kalau kenaikan gaji ternyata nggak sesuai harapan, pasti ada aja yang ngingetin buat nggak lupa bersyukur. Ditempa dengan lingkungan yang positif selama beberapa tahun begini, maka wajar nggak, sih, kalau perlahan kepribadian gue berubah sedikit demi sedikit?

Kalau diturutin, hidup itu memang nggak ada puasnya. Hari ini kita bisa memetik dua apel, besok pasti kita berharap bisa memetik tiga apel. Tidak apa-apa. Menurut gue itu wajar. Hidup memang butuh target, kok. Harapan itu adalah salah satu esensi hidup.

Tapi, jangan sampai mengejar target membuat kita lupa untuk menikmati hidup. Jangan sampai kejadian nggak enak membuat kita terus menerus merasa sebagai korban. Toh, hidup itu isinya bukan sekadar hal-hal yang menyenangkan aja.

Yang penting, jangan lupa untuk menyukuri hal-hal manis yang terjadi dalam hidup. Seperti kata pribahasa "karena nila setitik, rusak susu sebelanga." Kadang, karena satu kejadian yang nggak enak menimpa kita, tanpa disadari kita ngerasa kalau hidup ini kejam banget.

Iya, nggak, sih? Apa gue doang yang ngerasa gitu? Haha.

Inti dari tulisan ngalor ngidul gue di atas adalah... gue sedang berusaha untuk rajin bersyukur. Sok bijak banget, nggak? Tapi memang bersyukur bikin hidup gue lebih tenang, sih. Gue jadi nggak terlalu memusatkan pikiran gue dengan apa yang orang lain punya, tapi apa yang gue miliki hingga saat ini.

source: pinterest

Semoga aja kita semua selalu inget untuk bersyukur sekeras apapun hidup menempa kita. Yuk, bilang "amiiin". :D


You Might Also Like

0 komentar