Baru Tahu: Minibus Jurusan Thamrin - Depok

Juli 07, 2014

"If you never try, you'll never know." - Coldplay

Siapa yang setuju dengan quote di atas? Yuk angkat tangannya! Hehe....

Gue pribadi suka banget nyobain hal-hal baru, termasuk dalam urusan nyari jalan pulang. Yep, pulang dalam artian sebenarnya. Habis kerja, kembali ke rumah, terus bobo pelukan sama guling.

Rumah gue di Depok, kantor gue di Thamrin. Jauh banget, kan? Karena jauhnya jarak rumah gue ke kantor, akhirnya semenjak mulai kerja di daerah Thamrin -dua tahun yang lalu- gue suka iseng-iseng nyari rute atau angkutan umum alternatif Thamrin - Depok.

Awalnya gue memilih naik metromini 640, lalu nyambung angkot 129, terus nyambung lagi angkot 37. Tapi baru tiga hari pendekatan sama mereka, gue nyerah. Nggak kuat deh sama macetnya Jakarta, belum lagi gue harus naik-turun angkot sampai tiga kali.

Akhirnya gue pun berpaling ke commuter line. Ongkos jelas lebih murah dan waktu tempuh jauuuh lebih cepat. Tapi kadang commuter line suka bertingkah. Ya telat-lah, gangguan-lah, ngantri-lah. Gue pun kemudian terjebak love-hate relationship sama commuter line. Bete, tapi masih bergantung dan ngarep dia berubah.

Nah, di saat commuter line lagi 'ngambek' inilah waktunya gue iseng-iseng nyoba rute baru. Kayaknya hampir semua angkutan umum alternatif udah gue coba. Mulai dari busway, kopaja 19, bus pariwisata cibubur, sampai patas arah cibinong.

Hingga hari ini, semua angkutan umum yang menuju rumah gue kompakan resenya. Rel kereta amblas, antrian busway melingker sampai jembatan, metromini 640 penuh, patas Cibinong nggak keliatan, dan bus Cibubur meninggalkan gue yang udah melambai-lambai begitu saja.

Sampai tiba-tiba mata gue tertuju pada minibus yang sudah agak renta berjalan dengan kecepatan sedang. Di kaca depan minibus tersebut tertempel kertas kardus bertuliskan "depok". Tulisannya keciiiiil banget, sampai bikin orang terkesan nggak peduli sama kehadiran dia. Padahal nggak gitu. Serius deh. Minibus (yang katanya) jurusan Depok itu jalan ngelewatin gue yang masih mikir antara naik atau nggak. Dan tepat di saat mata Sang Kenek dan gue bertemu (halah), gue pun bertanya bus itu ke depok bagian mana (seolah-olah Depok segede Jakarta).

Jawaban Mamang Kenek itu cuma "Depok Baru", yang mana gue sebagai warga Depok sejak 13 tahun yang lalu cuma tau Depok Baru itu stasiun, bukan nama jalan atau apa. Tapi walaupun ragu akhirnya gue tetep naik minibus yang setengah terisi itu.

Begitu masuk, gue memperhatikan sekeliling bus. Satu hal yang ada di pikiran gue cuma: ini bukan bus hantu, kan? Oke, terlalu absurd emang. Di dalam bus gue jaga-jaga, pegang tas pegang handphone, sambil nungguin Mamang Kenek nagih ongkos.

Betapa kagetnya gue ketika minibus Thamrin - Depok ini cuma memasang tarif Rp 7.000 padahal pakai masuk tol segala. Murah banget! Nggak cuma itu, waktu tempuhnya pun lebih singkat dibanding naik busway atau metromini 640.

Berkat iseng nyoba-nyoba inilah gue jadi tau angkutan umum Thamrin - Depok yang asik, selain commuter line. Jadi kalau commuter line 'ngambek' lagi gue punya alternatif angkutan umum yang nggak kalah asik, yaitu minibus tanpa identitas ini. Biarpun renta, tapi aku cinta.

You Might Also Like

2 komentar

  1. Balasan
    1. Dari depan halte busway Tosari, Mbak. Cuma itu udah lama sekali, nggak tahu sekarang masih ada atau nggak :)

      Hapus