Lari Ke Kantor, Belok ke Dufan

September 30, 2017

“Bu, saya izin tidak masuk kerja ya hari ini. Ada hal penting yang harus saya urus.”

Kira-kira itu isi ‘surat cinta’ gue untuk Ibu HRD dua minggu yang lalu. Surat cinta itu gue kirim saat baru banget berangkat ke kantor. Kalau elo mau tau, hal penting yang gue urus tersebut berkaitan dengan masalah kesehatan jiwa. Berat banget nggak, sih, kesannya?

Tapi, tenang. Kalau kata anak millennial, sebenarnya gue hanya butuh ‘piknik’. Sebagai seorang karyawati, ada kalanya gue muak banget sama pekerjaan dan rutinitas gue sehari-hari. Pernah nggak, sih, elo mau berangkat kerja, terus ada halangan se-simple susah dapet Gojek aja sampai bikin elo drama abis? Padahal gue bisa aja, kan, cari alternatif lain, misalnya naik Uber, Grab, atau ngangkot sekalian. 

Tapi berhubung stress-nya sudah numpukkegigit semut aja rasanya kayak ketiban gajah.

Akhirnya, minggu kemarin gue memutuskan untuk piknik dadakan ke Dufan. Seorang diri. Kenapa Dufan? Meminjam kalimat teman gue, karena di Dufan elo bisa teriak sekencang apa pun tanpa dianggap orang gila.



Berbekal dengan kebimbangan hati (halah!), sekitar jam 12 siang gue pun sampai di Dunia Fantasi alias Dufan. Awalnya agak minder juga karena setelah tengok kanan-kiri, semuanya pergi beramai-ramai. Kayaknya cuma gue yang segitu galaunya sampai nekad ke taman bermain sendiri. Tapi lama-lama gue pun cuek sendiri, karena nggak ada yang kenal juga, kan, sama gue. 

Alhasil, hari itu gue melakukan hal-hal yang gue inginkan seorang diri, sambil seru sendiri. Naik Kora-Kora tiga kali sambil berdiri dan angkat tangan ke atas, nungguin Kicir-Kicir beroperasi sambil ngobrol santai dengan sepasang mbak dan mas dari Bekasi, teriak-teriakan naik wahana ekstrim sambil ketawa-ketawa happy, sampai sibuk selfie pakai timer.



Jalan-jalan ke Dufan nggak cuma melepas stress aja ternyata, tapi juga membuat gue nostalgia ke masa SMA. Maklum aja, sewaktu SMA gue dan teman-teman bisa ke Dufan tiap liburan semester! 

Dufan saat itu tentunya berbeda dengan Dufan saat ini. Dalam 'kunjungan dadakan' gue kemarin, gue ternyata menemukan beberapa hal ini:

#1 Jumlah Outlet Makanan Bertambah
Bertambahnya jumlah outlet makanan di Dufan adalah hal pertama yang gue sadari. Sekarang elo bisa menemukan Yoshinoya, Auntie Anne's, sampai Shilin di Dufan. Bahkan, kemarin gue juga melihat seorang pengunjung yang bawa Dum Dum! Beda banget, deh, sama zaman dulu. Mau makan? Ya ujung-ujungnya McD.

#2 Beberapa Wahana Baru
Terakhir kali gue ke Dufan, yaitu sekitar tahun 2013 pas outing kantor, wahana di sana masih mirip-mirip kayak pas gue SMA. Tapi, begitu gue ke sana lagi, ternyata Dufan sudah melakukan pembaruan di sana dan di sini. Misalnya, munculnya wahana baru seperti Ice Age dan Treasure Land. Dari beberapa wahana baru yang ada di sana, gue hanya mencoba Ice Age.

Jadi, gue nggak ada bayangan sama sekali wahana ini seperti apa. Gue cuma membaca banner di depan antrian masuk bahwa wahana ini mengandung unsur petualangan dan kejutan. Makanya, ekspektasi gue cukup besar. Ternyata, begitu mencoba wahana ini, ternyata wahana ini semacam Istana Boneka ditambahin turunan terjal. 

#3 Dufan Mulai Menua
Apakah ini bisa dibilang hal baru? Iya, dong! Biar kalau elo mau ke sana, elo tau Dufan tak semuda dulu. Beberapa wahana, seperti Kicir-Kicir, terlihat kurang terurus. Sayang banget nggak, sih? Padahal, menurut gue, Dufan memiliki wahana yang lebih seru dibanding taman bermain di Indonesia yang pernah gue kunjungi.




Lagi-lagi tidak seperti dulu, kali ini gue pulang dari Dufan lebih cepat. Padahal, saat masih ABG, gue pantang pulang sebelum 'ditendang', alias diingetin bahwa jam operasional Dufan mau berakhir, melalui pengeras suara. 

Jika dulu gue pulang dari Dufan membawa segudang foto dan cerita seru bersama teman-teman, kali ini gue pulang membawa nostalgia masa remaja. Nostalgia yang pada akhirnya membawa gue pada janji-janji terhadap diri sendiri. 

Harusnya saat ini ku tak loyo begini.


You Might Also Like

0 komentar