Kembali ke Bali: Liburan Dadakan Sesuka Hati Tanpa Itinerary

November 14, 2017



Tahun ini kayaknya adalah tahun yang impulsif buat gue. Semua gue kerjakan serba spontan, kadang tanpa pikir panjang. Mulai dari hal se-simple beli baju, sampai hal yang sedikit menguras saldo tabungan kayak liburan gue ke Bali tahun ini.

Tapi tentu aja gue nggak menyesali liburan dadakan ke Bali kali ini. Gue memang selalu menyempatkan waktu untuk liburan setidaknya 2x dalam setahun. Sementara, tahun ini gue baru liburan ke Belitung aja. Berarti gue masih ada jatah liburan satu kali, kan? :D

Lagipula, ini Bali. Tempat yang selalu menyenangkan untuk dikunjungi berulang kali. Ditambah lagi, momennya lagi pas banget. Pas ke Bali, pas lagi ulang tahun.

Setiap kali gue ke Bali, gue hampir nggak pernah membuat itinerary. Semua gue lakukan sesuai isi hati aja. Hari ini enaknya ke pantai? Oke, kita nongkrong di Seminyak. Mau cari suasana adem? Baiklah, kita berangkat ke Ubud. Liburan gue kali ini pun begitu. Gue nggak punya rencana perjalanan sama sekali.

Tujuan gue ke Bali cuma satu: leyeh-leyeh.

Beruntungnya, gue punya dua teman sejak SMA yang merantau di Bali, yaitu Daru dan Jijah. Berhubung Jijah sibuk dengan usaha rumah makannya, maka tiap kali ke Bali gue selalu 'gangguin' Daru. Akhirnya, gue pun 'menculik' Daru selama tiga hari demi melancarkan aksi leyeh-leyeh gue. Karena tujuannya leyeh-leyeh, maka kegiatan gue dan Daru selama tiga hari adalah nyari cafe pewe, nemenin Daru kerja sebentar, makan, ngobrol, bengong, ngemil.

Jadi, ke mana kami menghabiskan waktu selama tiga hari -tanpa itinerary- di Bali? Keep on reading, guys.

***

Hari pertama di Bali gue habiskan di Gianyar dan Ubud. Suasana Ubud yang santai dan adem memang pas banget untuk destinasi liburan para pekerja di kota besar yang terbiasa dijejali kemacetan dan kesensian para penghuninya (haha!).

Tujuan pertama kami hari itu adalah Tegallalang Rice Terrace. Walaupun cuaca mulai mendung, tapi kami tetap nekad naik-turun ladang padi. Pemandangan yang indah dan udara yang sejuk bikin gue semangat untuk mengeksplor ladang padi ini. Sampai tiba-tiba, hujan turun dan kami berdua pun tergopoh-gopoh menuruni dan mendaki ladang, lalu mencari cafe dengan nafas terengah-engah. Usia dan gaya hidup memang nggak bisa bohong.



Sambil menunggu hujan reda, kami mampir di salah satu cafe kecil dengan view menghadap ke terasering padi. Kami ngobrol ngalor ngidul sembari ditemani es teh manis dan pisang goreng dengan harga yang sedikit-nggak-logis-tapi-yaudahlah.

Ketika hujan mulai reda, kami pun menuju pemberhentian selanjutnya, yaitu Folk Pool & Gardens. Dari depan, cafe ini keliatannya biasa banget. Tapi begitu masuk, pengunjung akan menemukan tempat nongkrong yang pewe dan homey. Pokoknya, kalau lagi main ke daerah Ubud dan pengen santai di tempat yang instagenic, di sinilah tempatnya.

Saking pewenya, gue dan Daru menghabiskan waktu lama banget di sini. Antara terlalu nyaman sama nggak tahu diri, sih. Hahaha.






Sekitar pukul 18.30, kami akhirnya memutuskan untuk pulang. Tapi sebelumnya, kami mampir dulu ke KOU Cuisine. Dari Folk Pool & Gardens, kamu cukup berjalan kaki ke KOU Cuisine.

Sebenarnya, KOU terkenal akan selainya. Tapi menurut Daru, madu KOU juga nggak kalah enak. Akhirnya, gue pun membawa pulang dua botol madu (coffee tree dan longan tree) serta satu botol selai cokelat yang enak banget. Yumm!

***

Keesokannya, gue bangun dengan kepala yang fresh dan mood yang bagus. Ah... hari Senin rasanya nggak pernah sesantai ini. Yaiyalah, kan lagi liburan!

Berhubung hari Senin, maka hal pertama yang gue lakukan adalah nemenin Daru kerja mampir sebentar ke kantor pemerintah. Sebelumnya, kami beli nasi jinggo lima rebu perak untuk sarapan. Murah, enak, kenyang. Hatiku pun senang.



Setelah Daru selesai dengan urusannya, kami pun meluncur ke Nook untuk makan siang. Sayangnya, karena cuma berdua dan sudah memasuki jam makan siang, kami tidak bisa memilih meja dengan view cantik.



Selesai menghabiskan waktu di Nook, kami pun pergi menuju Seminyak untuk sunset-an di Capil Beach Grill & Bar. Di tengah perjalanan, kami mampir dulu ke outlet RasaLokal Bali milik Glenn Alinskie & Chelsea Olivia.

Berhubung banyak yang ngomongin, gue jadi penasaran dong seperti apa rasa keripik singkong yang dicocol sambal matah ini. Eh, ternyata rasanya enak, lho! Ini nggak bohong karena temen-temen kantor yang nyobain pun juga bilang enak. Jadi, next time kamu ke Bali, coba deh mampir ke outlet mereka. Nggak nyesel, kok.

Habis membeli keripik singkong RasaLokal Bali, kami pun melanjutkan perjalanan ke Seminyak. Hujan mulai turun dan kami mulai khawatir nggak bisa lihat sunset. Akhirnya, atas rekomendasi teman kantor gue - Felecia- kami pun mampir ke gerai Gaya Gelato yang kebetulan juga ada di Seminyak. Gue pilih rasa cokelat campur vanila, sementara Daru pilih cokelat campur pistachio. Dan ternyata gelato rasa pistachio mereka enak banget! Huft.



Gelato sudah habis, tapi hujan nggak juga berhenti. Kekhawatiran gue dan Daru tampaknya jadi kenyataan. Akhirnya kami nggak jadi nongkrong santai sambil lihat sunset dan meluncur menuju Livingstone Cafe & Bakery. Yup, makan lagi.

Selamat tinggal, Penat. Selamat datang, Lemak.

Kami pun memanggil seorang Mbak di Livingstone untuk memesan minuman. Gue memesan Caramel Macchiato, sementara Daru memesan Cappuccino. Selesai memesan minuman, gue  melihat-lihat etalase roti dan cake mereka. Livingstone ini terkenal dengan watermelon bread-nya yang lucu banget itu. Tapi hari itu pilihan gue jatuh pada donat cokelat kelebihan gizi, alias gede binggo ukurannya.

Setelah gue memesan kue, gantian Daru yang memesan. Tak lama, ia kembali dengan cake berbentuk botol Nutella dengan dua buah lilin (yang belum dinyalain) di sekitarnya. Di antara teman gue yang lain, dia memang paling rajin kasih kue ulang tahun ke temennya. Akhirnya, sambil ketawa-ketawa seru sendiri, kami pun merayakan ulang tahun gue. Ulang tahun ke berapa, Lin? Banyaklah pokoknya. :D



***

Hari terakhir di Bali adalah saatnya mantai! Yup, berhubung dua hari sebelumnya cuaca di Bali mendung-mendung galau hingga hujan gerimis mengundang mantan, maka gue baru bisa ke pantai di hari ketiga. Untungnya, gue memilih flight di malam hari sehingga gue masih bisa menikmati sunset di Bali.

Seperti hari kemarin, pagi ini gue habiskan dengan menemani Daru bekerja di rumah sakit. Sementara, siangnya kami beranjak ke Sanur untuk makan siang di Warung Mak Beng. Bagi gue, belum sah ke Bali kalau belum makan di Mak Beng. Enaknya nagih!

Selesai makan siang, kami kembali ke RasaLokal dan Krisna untuk membeli oleh-oleh dan titipan. Setelah urusan peroleh-olehan kelar, barulah kami meluncur ke Seminyak untuk menunggu sunset.

Air laut saat itu sepertinya sedang surut, sehingga area pantai terlihat sangat luas. Ditambah lagi, pantulan cahaya matahari di pasir dan air laut sangatlah cantik. Momen tersebut tentu saja harus diabadikan. Hashtag kids jaman now.





Selesai foto-foto, kami akhirnya mampir ke Capil Beach Grill & Bar untuk bersantai. Waktu sudah menunjukkan pukul 18.00 WITA. Perlahan matahari mulai terbenam, menyisakan semburat jingga di antara gelapnya langit. Gue dan Daru pun bergegas pergi ke bandara agar gue tidak ketinggalan pesawat.

Sempat terbesit pikiran untuk 'merelakan' tiket pesawat dan kembali ke Jakarta esok hari saja. Tapi, gue tersadar bahwa hal tersebut pasti akan menyisakan penyesalan saat melihat jumlah saldo di rekening tabungan nantinya.



Akhirnya, dengan berat hati gue dan Daru melangkahkan kaki menuju bandara. Hati masih ingin bermesraan dengan suasana santai di Pulau Dewata, tapi masih ada tanggung jawab yang mengetuk-ngetuk pintu moral (halah!).

Liburan suka-suka tanpa itinerary di Bali gue pun berakhir sore itu. Semoga dalam waktu dekat bisa main ke Bali lagi, ya. See you soon, Bali!

You Might Also Like

0 komentar