Belanja Kacamata di Optik OWL

Desember 08, 2017

Sewaktu SMA, hal yang paling gue inginkan adalah memakai kacamata. Menurut gue, orang yang pakai kacamata itu terlihat pintar dan keren. Pemikiran labil macam inilah yang akhirnya membuat gue senang banget saat dinyatakan memiliki minus 0.25 dan 0.5 untuk kedua mata gue. 

Tetapi, di pertengahan kuliah gue memutuskan untuk tidak lagi menggunakan kacamata karena gue sedang menggunakan behel. Gue merasa menggunakan behel dan kacamata sekaligus membuat penampilan gue terlihat berlebihan. Maka gue tinggalkanlah kacamata walaupun gue masih merasa menggunakan kacamata itu bisa bikin orang terlihat lebih keren. Kebetulan, saat itu gue iseng mampir ke salah satu optik di mall untuk cek mata haratesan dan ternyata mata gue sudah normal. Gue nggak tahu, sih, apakah secara ilmiah minus di mata memang bisa turun dan hilang atau nggak. 

Setelah lepas behel, sebenarnya gue masih ingin menggunakan kacamata karena masih ada sisa-sisa pemikiran labil gue jaman SMA. Tapi, berhubung mata gue normal, ngapain juga gue beli kacamata? Bagi gue, pakai kacamata tujuannya itu harus jelas, bukan untuk gaya semata. Misalnya, pakai kacamata karena matanya memang minus, atau pakai sunglasess karena silau. Ini tanpa maksud menyudutkan mereka yang memakai kacamata tanpa kaca (eh gimana?), alias frame kopong, lho, ya. Kamu mau pakai apa aja bebas, aku mah bisa apa. 

Gue semakin menjauhi kacamata karena sejumlah teman di kantor lama gue sepakat bahwa gue nggak cocok pakai kacamata apapun. A-pa-pun. Oh Tuhan, kutukan apa ini? Bagi seseorang yang punya pemikiran labil bahwa pakai kacamata itu keren, sesungguhnya ini adalah ujian hidup yang cukup bikin galau. Semacam, lo suka cokelat, tapi lo alergi cokelat. Ngerti, kan, permasalahan hidup gue ini?

Sampai akhirnya, beberapa bulan terakhir ini gue merasakan pandangan gue mulai kabur dan mata gue cepat sekali lelah. Sesekali gue juga merasa pusing, apalagi jika habis menulis atau membaca. Gue pikir, permasalahan gue ini disebabkan karena kurang tidur. Tapi, gue sudah mencoba tidur cukup pun masalah tersebut masih gue rasakan.

Akhirnya, atas rekomendasi Pipit, gue pun mengunjungi OWL Eyewear di Kota Kasablanka. Dengan hati dag dig dug, gue pun memasuki butik dari brand kacamata yang terinspirasi dari gaya ala Korea Selatan ini.

Hal pertama yang menarik dari OWL (Obsessed with Looks) adalah cara mereka men-display koleksi kacamata mereka. Di optik kebanyakan, umumnya kacamata akan diletakkan di etalase. Pengunjung pun harus meminta bantuan pegawai optik saat ingin mencoba model kacamata tertentu. Tapi, di OWL nggak begitu. Semua kacamata di-display di rak terbuka -lengkap dengan info harga- sehingga pengunjung bisa bebas mencoba berbagai model kacamata. 

Buat orang yang sudah lama nggak menggunakan kacamata serta nggak pede pakai kacamata, tentu aja ini menyenangkan. Gue tidak perlu merasa canggung karena mencoba kacamata sambil 'ditontonin' pegawai optik. Gue juga bebas memilih model kacamata tanpa 'merepotkan' siapapun. 




Masalah model, OWL memiliki berbagai koleksi yang bisa disesuaikan dengan gaya pribadi, aktivitas, sampai isi dompet. Misalnya, mereka punya koleksi kacamata Smart untuk orang yang suka model kacamata simpel dan terlihat intelek, atau koleksi Flex untuk orang yang terlalu lincah sampai kacamatanya sering patah karena jatuh atau kedudukan. Nah, mereka juga punya koleksi Premium dengan desain kacamata jaman now: modern, unik, dan terlihat berkelas. Asli, koleksi Premium mereka lucu dan gemes parah. 

Untuk harga pun juga bisa dibilang standar, nggak terlalu murah tapi juga nggak mahal-mahal banget. Kisaran harga mereka adalah Rp699.000 - Rp1.399.000, sudah termasuk lensa standar. Kalau mau upgrade kualitas lensa, seinget gue mereka akan mengenakan biaya tambahan sekitar Rp399.000.

Sewaktu membeli kacamata kemarin, gue sampai menghabiskan waktu lebih dari satu jam untuk mencoba berbagai kacamata. Pokoknya gue memastikan bahwa kacamata yang gue beli harus pas sama bentuk muka gue dan nggak bikin gue terlihat tua. Tentu saja gue nggak memilih sendiri. Gue ditemani adik gue sebagai penasehat utama dan meminta saran dari 3 teman gue lainnya. Iya, gue separno itu saat memilih kacamata.

Setelah mencoba puluhan model kacamata, akhirnya gue pun menjatuhkan pilihan pada salah satu model dalam koleksi Premium mereka. Kemudian, salah satu petugas OWL melakukan pengecekan pada mata gue. Proses pengecekannya sendiri bisa dibilang lebih detail dibanding optik lain yang pernah gue kunjungi. Seinget gue, mereka mengecek tiga kali dengan metode yang berbeda. Tujuh tahun berlalu dan ternyata mata gue sudah minus 1. Ya pantes aja selama ini mata gue cepat sekali lelah sampai kepala pusing.




Model sudah dipilih, mata sudah dicek, dan pembayaran sudah dilunasi. Maka ini saatnya untuk mengganti lensa. Sebelumnya, gue sudah mencari tahu tentang waktu pembuatan kacamata OWL di instagram mereka. Di sana tertulis bahwa proses pembuatan kacamata memakan waktu hingga 1 jam. Tapi saat gue membuat kacamata kemarin, gue hanya perlu menunggu 30 menit hingga kacamata gue selesai. Oh, senangnya hatiku!

Sebagai orang yang kembali membeli kacamata setelah sekian lama, tentu aja pengalaman belanja di OWL ini sangat nyaman dan membantu sekali. Apalagi gue bisa memilih model kacamata dengan hati-hati dan santai, tanpa dihampiri terlalu sering oleh petugas optik. Ditambah lagi, petugas optik di OWL sangat ramah dan tidak terkesan memaksa pengunjung yang sedang melihat-lihat kacamata. 

Intinya, gue bebas memilih sampai menemukan kacamata terbaik untuk bentuk wajah (dan isi dompet) gue. Jadi gue akan lebih percaya diri saat menggunakan kacamata. Walaupun sampai saat ini gue masih agak minder dan masih terus melafalkan mantra-mantra positif untuk diri gue. Haha.

Tapi setidaknya, dunia gue kini jadi lebih terang dan jelas.

Ok, cus!

You Might Also Like

0 komentar