Film Dilan 1990: Tonton Jangan?

Januari 31, 2018

Kira-kira satu tahun yang lalu gue membaca novel Dilan, hasil karya Pidi Baiq. Hasil pinjam temen kantor, sih. Tapi rasa senang sehabis membaca novel Dilan teringat sampai sekarang.


Makanya, ketika ada berita novel Dilan mau dibuat filmnya, gue penasaran dong siapa yang akan memerankan tokoh Dilan yang bikin geregetan ini. Bandel, tapi bikin hati lumer. Dilan adalah sosok yang romantis, unik dan nggak dibuat-buat. Duhileh.

Begitu nama Iqbaal, mantan anggota Coboy Junior tercetus, reaksi gue pun sama kayak penikmat novel Dilan lainnya. Kok dia, sih? Berhubung gue nggak tau siapa aja aktor muda Indonesia, gue juga nggak bisa membayangkan siapa yang cocok memerankan sosok Dilan ini.

Ketika trailer film ini keluar, gue makin ketar ketir. Kok rasanya nggak sampai, sih? Mana rasa grenyet-grenyet (ngerti kan maksudnya? haha) yang kudapat saat membaca novelnya?

Sampai tibalah hari peluncuran film Dilan dan review-review mulai bertebaran. Temen gue, Eby, yang udah nonton film ini duluan manas-manasin gue buat nonton ini. Katanya film ini bikin efek senyum-senyum sehabis nonton. Seorang temen gue lainnya, Nanda, bilang di instastory-nya kalau film ini cheesy. Tapi cheesy yang menyenangkan. Sementara, teman gue lainnya bilang bahwa film ini adalah penyiksaan yang hakiki. Dua review yang sangat bertentangan muncul di timeline social media gue.

Berhubung penasaran, maka pergilah gue menonton Dilan 1990. Sepulang kerja. Seorang diri. Sehabis hujan.

Nah, sebelum gue memberikan review, gue cuma mau menekankan bahwa Dilan 1990 adalah cerita cinta anak remaja. Jadi, sebelum lo menonton, pastikan lo udah sadar dengan hal ini. Bahwasanya, saudara saudari sekalian, di cerita cinta anak remaja lo nggak akan menemukan kisah yang dewasa dan dramatis ala Habibie dan Ainun atau Fahri dan Aisyah. Kalau lo mencari kisah tentang percintaan yang dewasa secara emosional, lebih baik lo tidak menonton Dilan 1990 karena apa yang lo cari tidak akan lo temukan di film ini. Tapi mungkin di aku. #ehmaapin

Jadi, bagaimana kesan gue setelah menonton film Dilan 1990? Menyenangkan dan menyegarkan. Kayak habis olahraga, terus elo minum es teh manis. Dan es tehnya dibeliin gebetan. Hahaha.
Kalau lo sudah pernah baca novelnya, maka rasa yang lo dapat di filmnya kurang lebih sama dengan novelnya. Bonusnya, di film ini lo dapat melihat tatapan Iqbaal ke Milea yang bikin cewek-cewek lumer. Kayaknya baru kemarin akika nonton film 5 Elang, terus sekarang kamu udah ganteng begini, Dik Iqbaal?

Secara keseluruhan, film ini menyenangkan sekali untuk ditonton, terutama kalau elo fakir dopamine. Hahaha. Apalagi, ocehan-ocehan lucu dan unik khas Pidi Baiq dikeluarkan jor-joran di film ini. Mulai dari "Cemburu itu untuk orang yang tidak percaya diri dan saat ini aku sedang tidak percaya diri" sampai "jangan rindu, berat, biar aku saja". Semua celotehan yang bikin cewek baper itu bakal elo temuin di film ini. Nggak heran kalau elo akan senyum-senyum sendiri sehabis menonton film ini. Film Dilan 1990 bener-bener mampu membuat elo nostalgia ke masa-masa SMA. Zaman di mana elo deg-degan tiap ketemu gebetan, atau saat pedekate.

Bagi gue, film ini sukses mengadaptasi novelnya. Tentu saja, Iqbaal juga sukses menghidupkan sosok Dilan. Kalau selama ini elo menganggap Iqbaal itu kurang 'nakal' untuk memerankan Dilan, mungkin lo harus coba tonton film ini. Gue cukup amazed dengan ekspresi gahar Iqbaal saat lagi naik motor bareng geng motornya di scene awal.

Terlepas dari rasa nostalgic dan menyenangkan yang dihadirkan, gue setuju dengan Eby bahwa film ini sayangnya tidak digarap dengan baik dari sisi sinematografi. Oh man, pengambilan gambar saat Milea dan Bunda di dalam mobil itu nggak banget, sih. Keliatan banget kalau Bunda nggak benar-benar nyetir.

Beberapa pemain pun menurut gue tidak berakting dengan baik, alias kaku shay! Untungnya, hal-hal tersebut tidak terlalu terasa karena percaya deh... elo akan fokus oleh celotehan Dilan dan interaksinya dengan Milea. Satu hal lagi yang gue suka dari film ini adalah betapa naturalnya makeup Milea. Asli, beneran fresh dan remaja sekali tanpa keliatan berlebihan. Pas banget!

Jadi, tonton jangan? Aku ramal pasti kamu jadi sedikit penasaran. :D

You Might Also Like

2 komentar

  1. "penyiksaan yang hakiki" itu sepertinya aku kenal. hmm...
    Tidak bisa dengan gamblang mengatakan film ini bagus atau jelek. Bagi gue pribadi itu bukan jenis kesukaan gue. tapi, untuk orang yang suka cerita cinta dan detak jantung nan bahagia ala kisah SMA, film ini bisa jadi rekomendasi.
    buktinya, salah satu teman dengan rela mengulang nonton di bioskop dan akhir minggu (yang sama-sama diketahui harga tiketnya lumayanlah untuk tambah-tambah beli makan).
    kemarin ingin mencoba menonton untuk cari hal baru. dan ya... ternyata memang bukan selera saya.
    ibarat durian, ada yang suka dan ada juga yang tidak suka. num, bukan berati durian harus hilang hanya karena ada yang tidak suka kan yah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, betul, Nu. Ujung-ujungnya bakal balik lagi ke selera, sih. :D

      Hapus