Ngopi di Filosofi Kopi (Berlibur ke Yogya #3)

Maret 09, 2018

"Mas, ada Wi-Fi?"

Pertanyaan seorang pria membuat gue yang baru beranjak pergi dari kasir menoleh kembali. Sekalian nguping password Wi-Finya jika ada, begitu pikir gue.

"Nggak ada," jawab Si Barista. "Biar pada ngobrol," lanjutnya kemudian.

Gue tersenyum geli sambil kembali berjalan menuju meja, serta berusaha menyeimbangkan badan agar segelas Red Velvet Latte hangat yang gue bawa tidak tumpah. 

Coffee shop dan Wi-Fi saat ini memang sudah semacam panci dan tutupnya, atau kayak kaos kaki kanan dan kaos kaki kiri (sungguh perumpamaan yang sangat elegan, kan? :D). They are made for each other. Hakikat warung kopi modern kini tak lagi sekadar menjadi tempat menikmati kopi, namun juga menjadi tempat nongkrong, tempat ngerjain tugas kampus atau kerjaan freelance, serta tempat numpang download film. Maka itu, kehadiran Wi-Fi di warung kopi adalah suatu keharusan.

Namun, saat berkunjung ke Filosofi Kopi di Yogya, justru mereka dengan sengaja tidak menyediakan Wi-Fi. Tujuannya? Agar manusia menjadi manusia. Jadi, silakan ngobrol ngalor ngidul dengan teman ngopimu secara langsung. Ngapain ngajak temen ngopi kalau ujung-ujungnya kamu main henpon, kan?

Sebenarnya di Jakarta pun juga banyak toko kopi yang nggak menyediakan Wi-Fi. Namun yang blak-blakan nyuruh customer-nya ngobrol, gue baru menemukannya di Filosofi Kopi.

Terus, apalagi yang menarik di Filosofi Kopi Yogya?

Pertama, lokasinya. Menurut gue yang menginap di daerah Brontokusuman, lokasi Filosofi Kopi agak jauh dan sedikit 'nyempil'. Jadi, lokasinya tidak berada di pinggir jalan raya. Namun, kamu akan diarahkan masuk ke pemukiman, juga melewati beberapa petak sawah, saat menuju tempat ini. Mungkin karena lokasinya dekat dengan sawah, saat siang pun udara di sini tidaklah panas membara.

Lokasi parkir mobilnya agak horor, ya...


Yang lebih menarik, Filosofi Kopi juga sepertinya dekat dengan pemakaman. Sewaktu gue dan Daru lagi ngopi, di depan toko kopi ini tiba-tiba ramai dengan iring-iringan penduduk sekitar dan beberapa polisi. Begitu gue perhatikan, ternyata mereka membawa keranda. Anehnya, walaupun dekat dengan pemakaman, ditambah melihat langsung iringan masyarakat yang ingin memakamkan jenazah, suasananya tidak serta merta menjadi spooky. Pengunjung di sekitar gue pun terlihat biasa-biasa saja.

Kedua, desain interiornya. Setengah bangunan di Filosofi Kopi Yogya masih menggunakan rangka rumah adat Yogya. Sementara, meja dan kursinya terdiri dari berbagai desain. Ada kursi dengan bantalan dari jeans bekas, ada kursi plastik warna-warni, ada juga kursi yang biasa kita jumpai di ruang tunggu terminal yang dialihfungsikan jadi tempat duduk lucu. Saat berkunjung ke sini, kamu akan menangkap kesan tradisional, jadul, tapi juga fun.




Filosofi Kopi Yogya juga memasang berbagai lukisan bermedia kanvas, lengkap dengan quote menarik. Dan pastinya, nggak ketinggalan poster pemeran film Filosofi Kopi.



Ketiga, harganya murah. Asli, nggak bohong. Harga di Filosofi Kopi menurut gue termasuk murah, lho. Saat ke sana, gue memesan Red Velvet Latte, French Fries, dan Ice Javanese Tea. Sedangkan Daru memesan Churros dan kopi yang gue lupa namanya haha. Untuk semua pesanan tersebut, kami hanya menghabiskan Rp110.000,- saja. Rasa makanan dan minumannya juga enak, walau tidak bisa dibilang spesial.




Keempat, suasananya. Filosofi Kopi di sini sangatlah nyaman, menenangkan, dan bikin betah nongkrong lama-lama. Ditambah lagi, tidak ada fasilitas Wi-Fi sehingga ngobrol pun bisa jadi lebih berkualitas. Soalnya kalau nggak ada Wi-Fi jadi sayang kan mau streaming Youtube atau download episode drama Korea terbaru (ketauan deh perhitungannya haha).





Menurut gue, kalau kamu lagi ke Yogya dan mau ngopi-ngopi cantik, sih, bisa mempertimbangkan untuk ke sini. Apalagi kalau kamu mencari tempat ngopi yang santai dan tenang, tapi juga 'Yogya' sekali. Cus, langsung aja meluncur ke daerah Ngaglik.













Disclaimer: All photographs on this blog are the property of Valine Yarangga. No parts of the content of this blog may be distributed in public without the prior written permission of the owner.

You Might Also Like

0 komentar