Review Adhistana Hotel (Berlibur ke Yogya #2)

Maret 06, 2018

Perjalanan menuju Yogya pertengahan Februari lalu tidaklah bisa dikatakan lancar. Hujan mengguyur Depok dan Jakarta dari pagi. Gue pun terpaksa berangkat ke pool bus bandara dalam keadaan hujan deras. Tentu saja hujan deras memiliki korelasi yang kuat dengan kondisi jalanan. Hujan = macet. 

Setelah terjebak di perjalanan menuju bandara selama hampir 3 jam (dan hampir telat counter check in), gue harus menghadapi kenyataan bahwa pesawat yang akan gue naiki delay selama 20 menit. Oh, tentu saja itu bukanlah akhir dari cerita perjalanan ini.

Mendekati bandara Adi Sutjipto, pilot memberi tahu bahwa pesawat kami harus menunggu antrian untuk landing. 30 menit berlalu dan pilot kembali memberi tahu bahwa pesawat kami belum bisa mendarat karena cuaca di bawah pesawat kami sedang buruk. Pesawat kembali berputar-putar di udara, sementara telinga gue sudah berdengung.

Setelah kembali menunggu di udara 30 menit lamanya, akhirnya pilot memberi tahu bahwa pesawat kami akan transit di bandar udara Juanda karena cuaca di Yogya belum juga membaik. Begitu landing di Surabaya, pilot kembali menginfokan kalau cuaca di Yogya sudah membaik. Kami pun bisa cus balik ke Yogya setelah mengisi bahan bakar.

Setelah menempuh perjalanan balik selama 40 menit, akhirnya pesawat yang gue naiki tiba di Yogyakarta. Jika ditotal, perjalanan Jakarta - Yogya malam itu kira-kira mencapai 3 jam lebih. Semua penumpang kompak tepuk tangan begitu pesawat landing. Ini beneran, lho. Hahaha.

Nggak lama, gue bertemu Daru yang sudah kering kerontang nungguin gue hingga 3 jam. Kami pun order Go-Car di luar bandara sembari hujan-hujanan. Telinga gue masih berdengung dan flu gue semakin berat. Setelah perjalanan panjang (dan intro yang juga panjang) ini, gue cuma berharap hotel yang kami pesan cukup nyaman untuk beristirahat.

Lalu akhirnya, tibalah kami di Adhistana Hotel.




Begitu turun dari mobil, satpam hotel dengan cekatan langsung memberikan kami payung dan menurunkan koper kami dari mobil. Kami pun memasuki hotel dan menuju meja resepsionis. Kesan etnik dan bersahaja langsung terasa begitu memasuki hotel ini.

Di depan meja resepsionis terdapat sebuah kursi panjang, lengkap dengan bantal bersarung batik warna biru. Untuk menambah kesan tempo dulu, di sisi kursi diletakkan sebuah telepon antik. Sementara, di sebelah kiri resepsionis, terdapat welcome drink berupa asem jawa dan snack. Di sisi yang sama juga terdapat gelas besi yang jadul banget itu.





Setelah mengurus administrasi, pegawai hotel pun mengantar kami ke kamar. Kamarnya terbilang kecil, tapi nyaman. Apalagi nuansanya etnik dan tradisional sekali. Dari bantal, tirai, hingga sendal hotel... semua hadir dengan motif batik berwarna biru. Kami tentu saja langsung heboh foto-foto seisi kamar, seperti lupa habis melalui perjalanan yang panjang. Haha.




Setelah puas foto-foto, gue memasuki kamar mandi dan menemukan dua kendi berisi sampo dan sabun mandi yang lucu sekali. Gue dan Daru suka banget dengan wangi sabunnya. Wangi aromaterapinya bener-bener bikin rileks. Rasa capek kayak langsung hilang begitu saja.

Berhubung setelah landing kami memutuskan untuk langsung ke hotel, maka gue belum sempat makan malam, bahkan gue juga skip makan siang. Jadilah begitu sampai, gue langsung memesan mie goreng jawa di hotel. Ternyata, ya, untuk ukuran hotel harga makanannya cukup bersahabat. Untuk sepiring mie goreng jawa dan segelas wedang jahe, gue hanya menghabiskan sekitar 50 ribuan.



Keesokan harinya gue bangun dengan tubuh yang lebih segar karena tidur nyenyak. Gue langsung membuka tirai dan mengintip situasi di luar hotel. Terlihat beberapa orang dewasa dan anak-anak yang sedang seru berenang. Kebetulan, kami memesan kamar hotel yang terletak persis di depan kolam renang. Jadi, kami bisa dengan mudah bolak-balik berenang, atau sekadar leyeh-leyeh di kursi kolam renang.





Suasana pagi di Adhistana Hotel menurut gue cukup tenang. Tidak ramai, namun juga tidak sesepi itu. Setelah mandi, kami pun sarapan. Lokasi untuk sarapan terletak di lantai 2 Lawas Cafe. Interiornya juga tak kalah menarik dari hotelnya, lho.

Pilihan makanan yang disediakan pun cukup beragam. Ada nasi putih, nasi goreng, lauk pauk yang berubah setiap harinya, croissant, sereal, roti, omelet, wafel/ pancake, puding, hingga buah-buahan. Tak ketinggalan berbagai variasi minuman seperti teh, susu, jus, hingga kopi. Rasanya juga enak. Hanya saja, gue sempat menemukan beberapa alat makan yang kurang bersih dicucinya.



Gue dan Daru menghabiskan waktu 4 hari 3 malam di Adhistana. Di mana, untuk semalam, kami cukup membayar sekitar Rp525.000 saja, termasuk sarapan. 

Kami berdua benar-benar menikmati pengalaman menginap di Adhistana. Apalagi Adhistana memiliki banyak spot untuk duduk-duduk santai sambil menikmati hidup, juga untuk foto-foto. Itu sebabnya kami memilih leyeh-leyeh di hotel saja di hari ketiga kami di Yogya.







Jika gue berlibur kembali ke Yogya, gue sudah pasti akan menginap kembali di Adhistana, sih. Satu, karena suasananya santai dan bersahaja. Dua, karena harganya bersahabat. Tiga, karena wangi sabunnya enak!

Ciao!
















Disclaimer: All photographs on this blog are the property of Valine Yarangga. No parts of the content of this blog may be distributed in public without the prior written permission of the owner.

You Might Also Like

0 komentar