5 Aturan Kecil yang Seringkali (Sengaja) Dilupain

Juli 12, 2018

Dulu, gue sering mendengar beberapa teman gue berkata, “Aturan itu dibuat untuk dilanggar”. Pada zaman SMA dan kuliah, sih, gue menyetujui perkataan itu. Jadi anak rebel alias pembangkang = tingkat kekerenan meningkat 100%.

Di awal-awal bekerja, gue pernah seenaknya mengendarai motor di jalur Transjakarta. Saat itu, gue berpikir nyerobot jalur busway ya sah-sah saja. Salah sendiri Jakarta macet! Bahkan, gue dengan tak berdosanya menyarankan seorang rekan kerja yang sedang mengeluhkan kemacetan jalur Mampang – Kuningan untuk melewati jalur busway.

Tapi, teman kerja gue itu sukses membungkam mulut gue dan menampar nurani gue secara tidak langsung dengan menjawab, “Gue kok berasa koruptor, ya, kalau lewat jalur busway?”

Jleb!

Selama ini kita maki-maki para wakil rakyat yang korupsi. Tapi, sadarkah bahwa sebenarnya kita pun adalah seorang koruptor? Meski skalanya kecil, tapi kita tetap aja merugikan negara.

Nyerobot jalur busway itu adalah salah satu peraturan kecil yang seringkali kita bodo amatin. Yang penting gue nyaman, kepentingan orang lain itu bisalah gue abaikan. Oh, please. Ku sudah lelah dengan mindset seperti ini. Nggak hanya perkara kendaraan pribadi melewati jalur busway, gue seringkali memerhatikan beberapa aturan kecil lainnya yang kerap dilanggar, misalnya:

  • Nyelak Antrean

source
Beberapa tahun terakhir ini memang budaya antre sudah mulai diterapkan di Indonesia. Tentu saja ini kemajuan. Meskipun masih banyak orang yang nggak peduli dengan aturan ini dan seenaknya aja nyelak antrean.

Kalau elo menganggap bahwa hanya mereka yang nggak sekolah tinggi yang melanggar peraturan, maka elo salah besar. Nyelak antrean ini nyatanya nggak hanya dilakukan oleh mereka yang dianggap "kurang terpelajar", alias tidak mengenyam pendidikan tinggi, kok.

Di suatu pagi, di Stasiun Sudirman, gue pernah menepuk bahu dan menegur seorang wanita yang nyelak antrean. Padahal, dia bekerja di daerah Sudirman yang merupakan pusat perkantoran di Jakarta. Pendidikan wanita tadi? Bisa dianggap tinggi, setidaknya S1. Pakaian? Rapi, lengkap dengan makeup yang cantik. Kelakuan? Hmm.... 

Gue nggak akan ragu untuk menegur orang yang menyelak antrean (tentu saja kalau sudah lanjut usia atau ibu hamil akan diprioritaskan, ya). Bahkan, gue pernah beberapa kali dipelototin karena menegur oknum-oknum ini. Tentu saja, gue nggak mau kalah pasang muka judes, dong. Hahaha.

  • Mengendarai Motor di Trotoar

source
Sesungguhnya, trotoar itu adalah tempat untuk pejalan kaki, bukan untuk pengendara motor apalagi untuk jualan. Kalau kalian ngendarain motor di trotoar, bagaimana nasib kami pejalan kaki? Kami harus terbang naik awan kinton, gitu?

Parahnya lagi, para pengendara motor nakal yang berkendara di trotoar ini justru seringkali ngelaksonin pejalan kaki yang berjalan di depan motor mereka. *tepok jidat *jidatnyamerekatapi

Sebagai seorang warga negara yang sedang mencoba baik, tentu saja gue akan memperlambat jalan gue sampai mereka kesal. Tidak lupa, gue pun akan berjalan di tengah trotoar biar mereka nggak bisa jalan. Kalau mood gue sedang jelek, biasanya gue akan marahin mereka.

Beberapa teman cewek gue juga pernah melakukan hal ini. Reaksi yang mereka dapat pun sama. Kalau nggak dicuekin, diledekin, ya digodain. Bagian terakhir paling nggak banget, sih. Melanggar lalu lintas sembari catcalling? Duh, nggak banget.

  • Buang Sampah Sembarangan

source
Menurut gue, terlepas ada atau tidak adanya tempat sampah di dekat kita, buang sampah sembarangan itu, ya, nggak boleh dong. Ingat, kebersihan adalah sebagian dari iman. Ingat juga bahwa Jakarta ini sudah langganan banjir. Pasti masih pada ingat, dong, saat sebagian daerah Jakarta lumpuh akibat banjir tahunan beberapa tahun lalu? Iya, yang wilayah HI jadi 'kolam renang' raksasa itu.

Herannya, masih banyak, lho, orang yang buang sampah seenaknya aja. Seriusan masih banyak!

Contohnya, lagi-lagi di sekitar stasiun gue pernah menyaksikan seorang ibu (yang membawa anak berumur 10 atau 11 tahunan) membuang sampah botol minum di trotoar. Lebih tepatnya, di depan gue.

Nggak pakai ba-bi-bu, gue pun langsung nyolek punggung Si Ibu. Kira-kira begini kejadiannya:

Gue: "Bu, botolnya jatuh."
Si Ibu: "Iya, biarin. Emang sengaja dibuang."
Gue: *nggak mau kalah* "Oh, di situ ada tempat sampah, kok, Bu." *nunjuk tempat sampah yang jaraknya cuma satu meter dari Si Ibu*
Si Ibu: "Biarin aja. Entar juga ada yang mungut."

Lalu botolnya ditendang anak Si Ibu ke selokan. WHAT THE...?

Miris nggak, sih? Masalahnya, Si Ibu nggak hanya membuang sampah sembarangan, tetapi juga mengajarkan anaknya yang masih kecil untuk buang sampah sembarangan.

  • Duduk di Kursi Prioritas

source
Sesuai namanya, deretan kursi yang biasanya terletak di ujung ini diprioritaskan untuk penumpang dengan kondisi tertentu: hamil, lanjut usia, penyandang cacat, dan membawa anak kecil.

Jadi, penumpang di luar kategori ini tentu harus mencari kursi kosong lain, jika ada. Kalau nggak ada, ya, gunakan tenaga kalian untuk berdiri sembari menikmati perjalanan yang seringkali sulit untuk dinikmati. Haha.

Sebenarnya, menurut gue nggak ada yang salah duduk di kursi prioritas, baik di kereta atau transjakarta, KALAU kondisi angkutan sedang kosong. Ingat, ya, kalau kondisi angkutan lagi kosong. Kalau penuh, ya, kamu tahu diri, dong!

Pada kenyataannya, masih ada oknum yang pura-pura tidur dan duduk di kursi prioritas saat kondisi kereta penuh. Ya, kalau nggak ada penumpang prioritas, sih, nggak apa-apa. Parahnya, ada juga oknum yang pura-pura tidur dan nggak mau ngalah saat diminta berdiri karena ada penumpang prioritas.

Dalam pengamatan gue, penumpang prioritas yang paling "nggak dianggap" adalah bapak-bapak tua. Jadi, sepertinya banyak juga yang menganggap asalkan laki-laki, walau tua pasti masih kuat berdiri. Gue pun sedih liatnya karena inget bapak sendiri.

Kalau yang duduk di kursi prioritas masih muda, sehat, dan tidak hamil atau membawa anak kecil, maka gue akan nyolek dan minta dia gantian dengan penumpang lanjut usia tersebut. Tapi, kalau yang duduk ibu-ibu berusia 40 tahunan (di luar kategori prioritas), jujur aja gue nggak berani negur. Takut diamuk gue!

  • Naik Angkutan Umum Tanpa Mendahulukan yang Turun

source
Penumpang kereta dan busway mana suaranyaaa? Kita pasti sudah sama-sama tahu kalau pemandangan penumpang yang langsung nyerbu masuk ke busway/ kereta sebelum penumpang lain turun itu udah pemandangan biasa banget. Makanya, setiap halte atau stasiun seringkali dibumbui dengan omelan dan teriakan, apalagi saat jam-jam sibuk.

Kalau busway, sih, sepertinya sekarang sudah lebih teratur, ya? Tapi, kalau kereta atau commuter line, sepertinya hal ini masih jadi PR besar buat kita semua. 

Umumnya, pintu keluar busway hanya satu (bisa lebih kalau busway gandeng) dan pasti dijagain sama petugas. Apalagi, waktu berhenti bus juga bisa disesuaikan sampai semua penumpang sudah turun atau naik. Jadi, proses naik-turun penumpangnya pun lebih teratur. Walau kadang masih ada oknum-oknum nggak sabaran. Tapi, biasanya langsung kena tegur petugas.

Berbeda dengan kereta yang menjadikan semua pintunya sebagai akses naik-turun penumpang. Ditambah lagi, tidak semua pintu dijaga oleh petugas. 

Waktu singgah kereta juga tidak bisa terlalu lama karena berkejaran dengan jadwal yang sudah ada. Jadilah semua penumpang buru-buru mau naik dan turun. Di sejumlah stasiun besar, seperti Manggarai, jumlah penumpang yang ingin naik kereta tujuan Tanah Abang atau Bekasi biasanya sangat banyak. Bahkan, lebih banyak dari jumlah penumpang yang ingin turun. 

Di sinilah kericuhan terjadi.

Karena waktu singgah sebentar, penumpang yang mau naik ini akan langsung menyerbu masuk ke dalam kereta. Kadang, penumpang yang mau turun terbawa masuk ke dalam kereta dan tidak sempat turun di stasiun tujuan.

Petugas hanya bisa teriak "yang turun dulu, yang turun dulu" dan teriak tersebut jujurnya nggak memberikan efek apapun. Kondisi ini kayak udah carut marut banget dan sulit dibenahi. Mungkin bisa kalau ada banyak petugas yang berjaga di peron stasiun untuk menertibkan para penumpang nggak sabaran ini. Mungkin bisa kalau penumpang mulai sadar diri.


Lima aturan di atas sepele banget, kan? Kita nggak butuh banyak usaha untuk menaatinya, tapi sering kali dibodoamatin orang-orang. Padahal, kalau kita lebih tertib, pasti hidup jadi lebih nyaman, deh. Ini kata-kata klise banget tapi memang benar begitu adanya. 

Selain lima aturan di atas, kira-kira apalagi, sih, aturan yang sebenarnya sepele tapi sering banget dilanggar? Komen, dong, kalau kalian tahu! :D












You Might Also Like

0 komentar