Serunya Belajar Membuat Lilin Aromatik

September 15, 2019

Yo, I'm back!

Setelah 'nyuekin' blog ini selama empat bulan—yang sebenernya gak ada yang sadar juga—akhirnya gue kembali lagi. Dipikir-pikir, lama juga ya gak nulis di sini empat bulan lamanya. Padahal, gue punya resolusi buat ngeblog setidaknya sebulan sekali.

Tapi, resolusi tinggal resolusi. Kala kerjaan menguras tenaga, ujung-ujungnya sampai rumah gue pun langsung tidur juga. Saking penatnya, gue sampai tak punya tenaga dan keinginan buat pakai skincare. *maapin daku curhaaat*

Untungnya, setelah menghabiskan weekend tanpa menyentuh kerjaan sama sekali, rasa penat gue jadi berkurang banyak. Gue pun mengumpulkan niat, rasa kangen ngeblog yang meletup-letup *ajegile*, dan sisa-sisa ingatan tentang workshop bulan lalu,

Dan akhirnya... inilah dia cerita gue saat mengikuti workshop How To Make Botanical Aromatic Candle yang diadakan oleh Klei & Clay bulan Agustus kemarin.


***

Sebenarnya, ide ikutan workshop ini digagas oleh Feletemen kantor guesaat dia lagi liat-liat daftar workshop di situs Mau Belaja Apa. Berhubung gue juga lagi suka ikutan workshop, gue pun mengiyakan dengan cepat.

Tanpa mikir terlalu lama, gue dan Fele segera 'mengamankan' kursi untuk ikutan kelas ini. Maklum aja, slot buat workshop biasanya terbatas. Jadi, semakin cepat daftar, semakin baik.

Biaya untuk mengikuti workshop ini sendiri adalah Rp325.000. Dengan biaya tersebut, gue nggak hanya diajarkan cara membuat lilin aromatik, tapi juga bisa membawa pulang lilin kreasi gue dan mendapat satu gelas kopi selama kelas berlangsung. Kebetulan, kelasnya sendiri memang diadakan di Nusa Kopi yang terletak di wilayah Kebayoran.

Singkat cerita, Sabtu itu gue dan Fele sudah duduk manis di dalam Nusa Kopi sejak pukul 10.00 kurang. Sebelumnya, kami sudah diminta memesan minuman terlebih dahulu. Setelah memesan minum, barulah kami duduk di area workshop

Meski kelas belum dimulai, tapi di atas meja peserta sudah tersedia satu paper bag kecil berisi panduan membuat lilin aromatik dan sample produk face mist mereka, satu gelas kaca untuk wadah lilin beserta sumbu lilinnya, satu mangkuk, bahan lilin, satu pinset, satu kerta pola, dan satu kertas sebagai alas.


Sembari menunggu peserta yang lain tiba, gue mengamati tim Klei & Clay sedang mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat lilin aromatik. Mereka menyiapkan berbagai hiasan bertema flora. Tema workshop kali ini feminin banget, begitu juga dengan para peserta workshop

Sungguh berbeda dengan gue yang cuma pakai kaos, celana jins, sepatu kets, dan rambut awut-awutan. Hahaharusnyakudandandikit. 😂

Balik lagi ke workshop. Selain bahan dekorasi lilin, tim Klei & Clay juga menyiapkan fragrance oil yang akan dicampur dengan lilin. Saat workshop kemarin, mereka menyediakan tiga varian wangi-wangian, yaitu lavender, vanila, dan green tea.

Tak lama, kelas pun dimulai. Ternyata founder Klei & Clay langsung yang mengajarkan kami cara membuat lilin aromatik. Sebelum gue dan para peserta memulai proses pembuat lilin, Diva—pendiri Klei & Clay—memberikan kami sejumlah informasi yang harus kami ketahui.

Misalnya saja, bahan baku lilin. Di kelas ini, kami membuat lilin menggunakan soy wax, bukan paraffin. Selain lebih murah, soy wax juga ternyata lebih ramah lingkungan. 

Selain itu, dalam proses pembuatan lilin ini, kami juga tidak menggunakan essential oil, melainkan fragrance oil. Berbeda dengan essential oil yang memberikan efek healing, fragrance oil hanya menghasilkan wangi saja. Itulah sebabnya, lilin yang akan kami buat disebut lilin aromatik, bukan lilin aromaterapi.

Diva juga memberikan tip jika para peserta ingin mencampur dua atau tiga varian fragrance oil. Misalnya, varian vanila memiliki aroma yang lebih kuat dibanding lavender dan green tea. Sehingga, jika ingin menggunakan campuran vanila dengan lavender atau green tea, pastikan untuk menggunakannya dalam jumlah lebih sedikit dibanding varian lainnya.

***

Setelah memberikan sejumlah info dan tip, praktik membuat lilin pun dimulai. 

Pertama, para peserta mengambil hiasan yang diinginkan, lalu membuat rancangan dekorasi lilin di atas kertas pola yang sudah disediakan. Jika sudah selesai, peserta bisa mulai memilih varian fragrance oil yang diinginkan.



Selanjutnya, tim Klei & Clay akan membantu melelehkan soy wax. Berhubung peralatan untuk melelahkan soy wax tidak cukup banyak, maka bagian ini dikerjakan langsung oleh tim Klei & Clay. Lilin yang sudah dilelehkan harus ditunggu sampai suhunya turun menjadi 60℃ sebelum dicampur dengan fragrance oil.

Nah, sembari menunggu suhu lilin turun, gue pun menghias sisi dalam gelas. Sayangnya, glue gun yang disediakan tim Klei & Clay cuma satu. Gue dan peserta lain pun harus menggunakannya ganti-gantian dan membuat proses dekor menjadi lebih lama. 

Alhasil, begitu gue kembali ke meja, suhu lilin gue pun sudah turun hingga 52℃. Oh no. Gue pun bingung. Untunglah teman semeja gue baik hati. Dia langsung memandu gue dengan sigap. Mulai dari membantu gue mencampur fragrance oil ke lilin, sampai menuangkan lilin yang masih cair ke dalam gelas. 

Oh iya, sebelumnya, gue sudah menempelkan lempengan candle wick alias sumbu lilin ke bagian dasar gelas menggunakan glue gun. Nah, biar sumbu lilinnya tidak bergerak, gue menahannya menggunakan kertas yang telah dilubangi di bagian tengah.

Begitu lilin selesai dituang, gue pun kembali menunggu hingga lilin sedikit mengeras agar bisa dihias. Saat warna lilin sudah mulai memutih, itulah tanda lilin sudah mulai mengeras dan bisa mulai didekorasi.


Jujur aja, dibanding proses sebelumnya, bagian hias-menghias inilah yang paling menyenangkan dan menantang. Karena hiasan yang gue gunakan berukuran kecil, maka gue harus meletakkannya dengan sangat berhati-hati agar tidak merusak keseluruhan dekorasi. Untungnya, tim Klei & Clay sudah menyediakan pinset.

Apakah proses pembuatan lilin aromatik berhenti di situ? Tentu tidak. Lilin aromatik yang sudah dihias kemungkinan belum mengeras secara merata. Oleh karena itu, selanjutnya tim Klei & Clay memberikan wadah berisi air es untuk merendam gelas.


Setelah beberapa saat, lilin pun mengeras dan bisa dibawa pulang. Meskipun sudah keras, namun lilin tersebut masih perlu didiamkan hingga tiga hari sebelum dibakar.

***

Kalau diinget-inget, ternyata buat lilin aromatik ini lumayan gampang, lho. Terutama buat gue yang suka nggak sabaran dan maunya serba cepat. 

Setelah mengikuti workshop ini, gue pun sempat mencoba mencari bahan bakunya di Shopee dan Tokopedia. Ternyata cukup banyak yang jual di sana, lho. Jadi, kalau sewaktu-waktu gue mau membuat lilin aromatik kembali, gue bisa mendapatkan bahan bakunya dengan mudah.

Jujur aja, sampai sekarang lilinnya masih gue pajang dan belum gue bakar. Habis sayang. Rasanya ingin gue letakkan di dalam kotak kaca sekalian. Haha. 


Jadi... begitulah cerita gue pas ikut workshop membuat lilin kemarin. Habis ini enaknya ikut kelas membuat apa, ya? Ada ide?




You Might Also Like

4 komentar

  1. halo kak aku lihat ada juga lilin jenis palm wax dan harganya lebih murah, bagaimana kira2 efeknya ya?

    BalasHapus
  2. Halo. Sejujurnya aku pun kurang paham, tapi kalo dari penjelasan pas workshop kemarin, soy wax itu opsi buat lilin ramah lingkungan. cmiiw :D

    BalasHapus
  3. Klo lilin batangan yg sering dijual di warung2 bisa gak ya dibuat scentrd candle gituu?

    BalasHapus