Sabtu Pagi yang Cerah, Lalu Gue Ingin Bercerita

Oktober 31, 2020

Pagi ini, gue dibangunkan oleh suara pintu kamar yang dibuka nyokap. "Jadi, gak?" tanya nyokap yang gue jawab dengan anggukan kecil. Dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka, gue meraba-raba lantai di sekitar tempat tidur gue, mencari handphone yang memang selalu gue letakkan di sekitar sana.

Jam di hp menunjukkan pukul 06:27 pagi. Gue melihat ada notifikasi WhatsApp dan membukanya. Ternyata dari Bayu. Isinya kira-kira begini, "Jangan kelewat sesi jalan-jalan di taman ya. Kalau sekarang udah bangun sih subuhan dulu."

Semalam gue memang sudah janjian dengan nyokap untuk jalan-jalan pagi di sekitar rumah. Sudah sekitar empat bulan gue melewatkan rutinitas olahraga. Badan pun rasanya kurang begitu segar. Jadi, gue putuskan untuk mulai berolahraga kembali. Semoga, sih, bisa rutin seperti beberapa bulan lalu.

Jam enam pagi, gue dan nyokap mulai berjalan kaki. Cuaca pagi ini cerah, namun juga sejuk. Rasanya sudah lamaaa sekali nggak merasakan udara sesegar ini. 

Saat berjalan kaki, gue dan nyokap berbincang kecil. Tentang betapa rendahnya gaji guru di salah satu sekolah di dekat rumah. Tentang kebiasaan tetangga-tetangga gue yang gemar berjalan kaki hingga ke Terminal Jati Jajar di akhir pekan, padahal lokasinya lumayan jauh. Atau tentang sejumlah pohon mangga di sepanjang Perumahan Jati Jajar yang sedang berbuah lebat dan membuat kami seru sendiri saat melihatnya.


Setelah berjalan sekitar satu jam atau sejauh 3,9 km, kami memutuskan kembali ke rumah. Gue pun mencuci tangan dan mulai membuat sarapan. Pagi ini gue menikmati secangkir teh hitam dengan campuran jahe, jeruk, dan kayu manis yang diberikan Eby, juga chicken sandwich dan dua potong gyoza.

Satu jam berlalu dan gue memutuskan untuk mandi. Jam masih menunjukkan pukul 09:30 dan gue sudah lama sekali tidak merasa memiliki waktu sebanyak ini. Kepala gue terasa enteng, badan gue terasa segar. Hati gue sedang dalam kondisi terbaiknya pagi ini. Gue selalu percaya, sih, bahwa olahraga itu memang bisa membuat seseorang (atau mungkin gue, lebih tepatnya) melihat hidup lebih positif dan optimis.

Jadi, di sinilah gue sekarang, kembali menulis di blog karena ada beberapa hal yang ingin gue update dan syukuri.

***

Banyaknya waktu yang gue miliki pagi ini, membuat waktu merenung gue juga menjadi lebih panjang. Hingga tiba-tiba, gue tersadar bahwa:

Tahun 2020 akan berakhir dalam dua bulan.

Seriusan, nih, waktu berlalu secepat ini, bahkan di saat kita semua tahu bahwa 2020 bukanlah tahun yang ramah?

Gue pun memikirkan dan mempertanyakan lagi, apa saja yang terjadi di tahun ini. Apa yang gue lewati dan apa yang gue rasakan. Jawabannya, banyak hal nggak menyenangkan yang gue alami sampai-sampai gue merasa perlu melakukan meditasi. Banyak cara yang gue lakukan demi tetap waras.

Tapi, pagi ini gue merasa takjub begitu menyadari gue (dan tentunya kamu yang lagi membaca ini) berhasil bertahan hingga sejauh ini. Bagi gue, bertahan adalah sebuah pencapaian besar. Mampu bertahan adalah sesuatu yang layak disyukuri.

Semua tahu, 2020 adalah tahun yang begitu menguji kesabaran dan kewarasan. Dimulai dari bencana banjir di awal tahun, lalu hadirnya sebuah virus yang nggak hanya mengancam kesehatan, tapi juga mempengaruhi kebebasan dan keuangan banyak orang.

Buat gue, ujian terbesar tahun ini adalah ketika 'kapal' yang gue tumpangi terkena terjangan ombak bertubi-tubi, lalu terombang ambing di tengah lautan tanpa arah. Beberapa sisi kapal bocor, air mulai memasuki kapal, dan rasanya kapal yang gue tumpangi perlahan tenggelam.

Awalnya gue melihat harapan. Karena itu, berbagai cara gue dan para penghuni kapal coba lakukan untuk menambal kebocoran. Sejumlah ide pun kami paparkan demi menggerakkan kapal. Nyatanya, harapan yang tadinya terlihat jelas, berubah samar. Gue merasa semangat gue mulai padam, kepala mulai sakit, dan perut mual sejadi-jadinya. Sepertinya gue dan para penghuni kapal terkena mabuk laut. 


Beruntung, di bulan kelima gue menemukan kapal baru. Rasanya lega sekali. Gue sangat bersyukur karena di saat kapal-kapal lain berusaha mengurangi muatan, justru kapal ini menerima kehadiran gue.

Gue pun akhirnya berganti kapal, meninggalkan teman-teman yang tetap tinggal di kapal sebelumnya. Tentu saja, gue berharap mereka menemukan kapal baru yang lebih kokoh. Atau, jika mungkin, gue berharap kapal lama yang gue tumpangi bisa menambal kebocoran dan kembali berlayar seperti sedia kala. Jika mungkin.

Memang track yang ditawarkan 2020 ini benar-benar bikin takjub. Jalannya berliku, penuh dengan tanjakan dan turunan. Gue sempat mengira bahwa tahun ini akan segitu pahitnya. Tapi, ternyata tidak.

Tahun ini mengingatkan gue bahwa hidup itu seimbang. Kadar pahit dan manisnya dibuat setara. Selain mengalami berbagai hal menyebalkan (yang kadang bikin dispepsia kambuh saking stressnya), gue juga mendapatkan berbagai hal menyenangkan yang harus banget disyukuri.

Bukan cuma mengenai datangnya kapal baru tepat di saat gue mulai putus asa, tapi juga beberapa hal manis lainnya.

Misalnya saja, dari rasa bosan karena harus lebih banyak di rumah selama tujuh bulan terakhir ini, akhirnya gue mencoba melakukan sesuatu yang nggak pernah kepikiran sebelumnya, yaitu memasak. Yang lebih mengejutkan, ternyata gue cukup menikmati baking, meski sejauh ini gue baru membuat cookies dan croissant.

Atau, ketika pandemi menjauhkan gue dari kebiasaan nongkrong bersama teman-teman sepulang kerja, tapi ternyata justru mendekatkan gue dengan seorang Bayu dan segala absurditasnya. Absurd yang menyenangkan tapi. :)


Tahun 2020 memang tinggal dua bulan lagi. Apakah gue merasa lega? Jujur aja, nggak tahu. Gue memang berharap hari esok berjalan lebih mulus, penuh dengan hal-hal manis seperti yang sedang gue rasakan saat ini.

Tapi, lagi-lagi, gue harus realistis. Jalan di depan nggak mungkin mulus terus, pasti akan ketemu sejumlah rintangan. Begitu terus, bergantian.

Jadi, doa gue adalah semoga kita bisa melalui dengan baik apa pun ujian yang diberikan di hari-hari atau tahun-tahun berikutnya. Semoga kita bisa selalu mensyukuri dan menghargai hal-hal manis, meskipun kecil, yang didapat.

Mengutip kata-kata yang selalu Bayu ucapin saat gue lagi pesimis, "Yuk, bisa, yuk!"





You Might Also Like

0 komentar